Jumat, 11 November 2011

Agama Dan Psikologi Transpersonal

I. Pendahuluan
Indonesia penuh dengan kepercayaan akan paranormal yaitu tokoh-tokoh yang dipercayai memiliki kemampuan luar biasa seperti mengetahui masa depan (prakognisi), membaca pikiran orang lain (telepati) dan menggerakkan benda-benda di luar tubuhnya melalui pikiran (telekinesis) bahkan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib berupa roh orang mati atau jin. Semua pengalaman ini bagi tradisi mistisisme justru dianggap sebagai pengalaman sampingan dalam perjalanan untuk mencapai pangalaman mistik sejati yang disebut dengan nama unio mystica di kalangan mistisisme kristen, makrifat dikalangan sufisme agama Islam, moksha di kalangan Yogi agama Hindu, sunyata di kalangan Bodhisatwa agama Budha.

Tentu saja semua kepercayaan itu dianggap tahayul non-ilmiah di kalangan ilmuwan modern. Namun, pada akhir abad keduapuluh muncul sebuah mazhab psikologi yang disebut psikologi transpersonal yang mencoba mengawinkan psikologi modern yang mempelajari orang-orang normal dengan psikologi tradisional yang juga mepelajari pengalaman paranormal orang-orang yang mencari kesatuan dengan Realitas yang Mutlak seperti para kabalis Yahudi, mistikus Kristen, sufi Islam dan yogi Hindu. Psikologi transpersonal ini muncul sebagai kelanjutan dari gerakan potensi manusia seutuhnya di tahun 70-an.


Gerakan ini bermula dengan pengalaman-pengalaman luar biasa para hippies pencetus revolusi kebudayaan Amerika di tahun 60-an. Para hippies yang menolak kemapanan itu melakukan proses kembali ke alam meninggalkan kehidupan modern dan mengikuti kehidupan primitif suku Indian yang para dukunnya gemar mencari kebenaran dengan menghisap jamur-jamur halusinogen yang membuat halusinasi yang dianggap sebagai kebenaran
Terakhir, mazhab transpersonal merupakan aliran psikologi yang kecewa terhadap ketidakpekaan pakar psikologi terdahulu dalam menangkap peran spiritual dalam diri individu. Kehilangan sensibilitas pada peran itu, mengakibatkan ketidakmampuan referensi psikologi tiga mazhab sebelumnya untuk mengungkap fenomena kesehatan mental secara tuntas. Peran agama dan keberagamaan individu, menurut mazhab transpersonal adalah mutlak dan berintegritas dengan individu yang sehat.
Psikologi Transpersonal sebagai sintesa dari Psikologi Timur tradisional dan psikologi Barat Modern. Jika dalam psikologi modern jiwa dianggap sebagai fungsi dari proses otak yang material, Psikologi tradisional menganggap yang material adalah komponen terrendah dari jenjang yang tangga tertingginya adalah roh sebagai substansi yang imaterial. Jenjang kesadaran ini sejajar dengan jenjang realitas di mana dunia material adalah anak tangga terbawahnya dan Tuhan sebagai Realitas tertinggi. Hidup manusia adalah proses kembali ke Realitas tertinggi.



II. Pengertian Psikologi transpersonal
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok dari psikologi transpersonal, yakni studi mengenai pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta, dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal. Psikologi transpersonal bukanlah agama, bukan ideologi, bukan juga metafisika dan bahkan bukan New Age (seperti praktik aura, crsytal, aromatherapy, kajian UFO, dll) meskipun ada sedikit irisan dengannya.
III. Cabang-cabang Psikologi transpersonal
Tapi definisi ini tidak mengakomodasi kepentingan orang-orang yang berhubungan dan mengklaim diri sebagai pengikut mazhab transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus membagi mazhab transpersonal ini juga dalam empat cabang.
A. Kelompok Mistis magis
Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi.
B. Kelompok psiko-fisiologis
Kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya sebagai Holotrophic Breathwork.
C. kelompok transpersonalis postmodern
Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa. Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik. Mereka justru mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.
D. Kelompok integral.
Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral. Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang tokohnya adalah Ken Wilber, yang nanti akan dibahas pada bab khusus. Kelompok pertama, kedua dan ketiga merupakan kelompok yang berada–bahkan bersebarangan–dengan agama formal. Helena Blavastky, yang berada pada kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.
IV.Psikoterapi dalam dengan instrumen Psikologi
Psikoterapi mempunyai pengertian terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mental dan emosi, yang dilakukan dengan instrumen psikologi. Tentu saja terapi yang diberikan mempunyai banyak variasi, dengan menginduk kepada teori psikologi tertentu. Ambil contoh untuk psikoterapi analitis, sejenis terapi yang diberikan yang merujuk kepada teori psikoanalisa. Dalam pandangan psikoanalisa, gangguan kepribadian atau mental terjadi karena setiap orang memiliki semacam mekanisme pertahanan diri. Salah satu mekanisme tersebut ialah represi, yakni membawa ke pikiran bawah sadar (unconsciousness) berbagai pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis. Inilah yang menyebabkan gangguan kepribadian. Seorang ahli psikoterapi, jika merujuk teori ini, akan berusaha mengangkat kembali ke alam sadar, trauma dan pengalaman yang direpresi ke bawah sadar. Terapi seperti ini dinamakan asosiasi bebas. Si pasien di buat relaks, terkadang dihipnotis, dan dibiarkan bicara segala hal yang ada di pikirannya. Dari ucapan-ucapannya tersebut, seorang terapis akan menentukan motif-motif bawah sadarnya
A. Psikoterapis behavioral
Sedangkan psikoterapis behavioral, di mana gangguan mental disebabkan kegagalan dalam merespon stimulus dari lingkungan sekitarnya. Terapi yang diberikan adalah dengan memberikan pengondisian ulang respon-respon pasien terhadap suatu stimulus, agar menjadi lebih efektif dan rasional. Ini dilakukan dengan memberikan penghargaan atas suatu respon tertentu, dan memberikan hukuman atas respon lainnya, sehingga si pasien diarahkan pada kondisi respon yang tepat
B. Psikoterapi dari aliran humanistik
Terapi yang lebih positif, yang berorientasi kepada klien (pasien) diberikan oleh psikoterapi dari aliran humanistik. Seorang terapis adalah orang yang membantu pasien agar lebih mengenali, memahami dan mengerti keadaannya sendiri. Klien dibiarkan mencari dan menggali problemnya, sedangkan fungsi seorang terapis hanya berupaya menciptakan suasana yang mendukung pasien dalam menjalankan penggalian masalahnya sendiri. Selain itu, ada juga psikoterapi gestalt, psikoterapi grup, psikoterapi realitas dll, yang dikembangkan para psikolog belakangan.
C. Psikoterapi  Transpersonal
Tentu saja pertanyaannya kemudian, psikoterapi apa yang disodorkan oleh para tokoh psikologi transpersonal dalam menerapi para pasien gangguan psikis. Landasan psikoterapi transpersonal adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan semesta. Dalam tataran praktisnya, proses gangguan mental, lebih diakibatkan faktor internal dalam dirinya yang tidak bisa menempatkan diri dalam bagian keseluruhan tersebut. Dalam beberapa metode, jenis terapi yang diberikan ada beberapa kesamaan dengan psikoterapi humanistik.
Konsep bahwa manusia menerapkan bagian yang tak terpisahkan dari semesta secara keselutuhan, sangat kuat dalam pandangan mistik Timur. Dalam agama hindu, kita mengenal konsep Hiranyagarbha, sebagai pikiran universal yang menjadi basis penciptaan dunia. Sehingga dengan mencoba menghubungkan dan menjernihkan pikiran kita dalam pikiran Brahman, dengan sendirinya potensi spiritual kita akan tergali.
V. Perbedaan Psikoterapi dalam Psikologi modren  dan
Psikoterapi psikologi transpersonal
Dengan kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback. Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini. Jenis terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi, ialah meditasi. Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran di luar kondisi normal (altered states of consciousness).
Ada juga terapi medan energi, seperti chikung, chkara, aura, yang merupakan badan energi atau benda mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang. Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum dipakai oleh para ahli psikologi transpersonal. Tapi ada kecenderungan belakangan ini, terapi yang dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi dengan terapi menggunakan musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian (aromaterapi) dan visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental, seperti zikir, bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll.

VI. Tokoh-tokohnya Psikologi Transpersonal
1. Pelopor Sigmund Freud dipandang sebagai pelopor ke arah psikologi
Transpersonal Hampir semua tokoh-tokoh dari psikologi aliran ini, berusaha sedapat mungkin memberikan arti bernuansa spiritual terhadap kata psikologi. Mereka seringkali merujuk kepada akar katanya, yakni psyche. Jika definisi modern mengarah kepada proses mental, maka definisi awal psyche sebenarnya adalah napas kehidupan, ekuivalen dengan makna soul, atau jiwa.
Sigmund Freud dipandang sebagai pelopor ke arah psikologi transpersonal atas jasanya memetakan ketidaksadaran sebagai komponen penting kepribadian manusia. Tiga puluh tahun sebelum Freud menyusun teorinya, tepatnya di tahun 1869, von Hartmann menerbitkan buku Philosophy of The Unconscious.
Dalam buku tersebut ia menjelaskan filsafat Schopenhauer, di mana Schopenhauer sendiri secara eksplisit mengambil konsep tersebut dalam khazanah mistik Timur : Buddha dan Upanishad. Dijelaskannya bahwa di bawah kesadaran individu terletak kesadaran kosmis, yang dalam sebagian besar orang masih dalam bentuk ketidaksadaran, yang bisa dibangkitkan. Dengan membuat ketidaksadaran ini menjadi sadar, seseorang tersebut akan menjadi sosok hebat. Sedangkan Freud sendiri mengambil konsep Id dari buku George Groddeck, The Book of the It, yang mengambil konsep eksistensi Tao Kosmos atau Ruh (spirit) Universal.
Apa yang dirintis Freud saat itu, setidaknya membuka jalan bagi suatu pandangan bahwa apa yang nampak dalam perilaku manusia, sebenarnya hanyalah bagian kecil dari kepribadian. Manusia tetaplah memiliki aspek yang tersembunyi dalam dirinya, yang justru sebagian besar perilaku yang nampak hanyalah manifestasi dari apa yang tidak nampak, yang disebut sebagai ketidaksadaran. Meskipun Freud menempatkan hal-hal yang negatif bagi konstruksi ketidaksadaran, tapi ia berhasil membuka jalan bagi penerusnya—dalam hal ini Jung—untuk menempatkan aspek spiritual terhadap ketidaksadaran manusia.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi besar bagi pembentukan angkatan psikologi yang keempat : psikologi transpersonal.
2. Atkinson, Rita. L., et all, Introduction to Psychology, 11th ed, Harcourt Brace & Company
3. Wilber, Ken, Integral Psychology, Shambala, Boston & London, 2000
4. Hall, Calvin S. dkk, Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Kanisius, Cetakan kelima, 1995
5. Hall, Calvin S. dkk, Teori-teori Sifat dan Behavioristik, Kanisius, Cetakan kedua, 1995
6. Maslow, Abraham, Psikologi Sains, Teraju, Oktober 2004
7. Tart, Charles T. et. all, Transpersonal Psychologies, Harper & Row Publisher. 1975
8. Keyna, Ruth, Introduction to Indian Philosophy, TATA McGRAW HILL PUBLISHING CO. LTD, 1970
9. Wilber, Ken, The Atman Project, The Theosophical Publishing House, 1980
10. Keraf, Sony, Pragmatisme Menurut William James, Kanisius
VII.,Konsep siklus kehidupan
Sebenarnya banyak jenis sintesa teoritis yang diajukan oleh psikolog-psikolog transpersonal, akan tetapi disini  hanya akan mengajukan tiga macam sintesa yang merupakan representasi pemikiran dunia Barat pada umumnya: yang modernis, yang posmodernis dan yang integralis. Psikologi transpersonal yang modernis diwakili oleh Psikoanalisis Transpersonal oleh Michael Washburn. Yang posmodernis diwakili oleh Spriritualitas Partisipatif yang diajukan oleh Jorge Ferrer. Sedangkan yang integralis, yaitu yang memadukan sintesa modernis dengan sintesa posmodernis diajukan oleh Ken Wilber dalam Psikologi Integral.
Ken Wilber sendiri, sebenarnya di tahun 1980, telah mensitesakan psikologi perkembangan Barat modern dengan psikologi mistik Timur dalam suatu konsep yang disebutnya Spektrum Kesadaran. Wawasan spektrum kesadaran itu kemudian disempurnakannya dalam suatu konsep yang disebutnya Proyek Atman. Konon, menurut Ken Wilber muda, atman alias roh manusia terpisah dari Brahman alias Realitas Mutlak. Karena terpisah itu sang atman menginginkan kembali menyatu dengan Brahman. Keinginan ini disebut sebagai proyek Atman.
Proyek Atman inilah yang menurut Wilber sebagai pendorong jiwa manusia untuk berkembang tahap demi tahap: tahap prapersonal, tahap personal dan tahap transpersonal. Tahap prapersonal ke tahap personal disebutnya jalur luar yang diteliti oleh psikologi perkembangan Barat modern. Sedangkan tahap personal ke tahap transpersonal disebutnya sebagai jalur dalam. Kedua jalur itu sinambung, menjadi suatu lingkaran dari Brahman ke Ego kembali ke Brahman. Lingkaran perkembangan dan pengembangan inilah yang disebutnya sebagai siklus kehidupan.
Nah, konsep siklus kehidupan inilah yang juga digunakan okeh Michael Washburn dan John Ferrer. Hanya saja Washburn mengganti Brahman dengan istilah yang lebih netral: The Dynamic Ground. Sedangkan Ferrer menggunakan istilah yang lebih misterius: The Mystery. Dynamic Ground nya Washburn itu tak lain dari Collective Unconscious nya Jung yang diperluas. Mystery nya Ferrer, sepertinya, adalah Tao yang tak ternamakan nya Lozi dalam nama lain. Soalnya Mystery nya Ferrer melahirkan energi gelap dan energi kesadaran yang mirip Yin dan Yang dalam Taoisme.
Dinamika yang menggerakkan sikus kehidupan Wasburn dan Ferrer itu berbeda dari Atman Project nya Wilber. Washburn mengatakan bahwa transisi fase prapersonal ke fase personal melalui fase represi primal terhadap energi insting alias Libido nya Freud. Sedangkan dalam teori Ferrer transisi yang sama terjadi melalui inhibisi dimensi-dimensi energi gelap berupa naluri, seks dan sebagian emosi. Sementara itu transisi fase personal ke transpersonal menurut Washburn yang modernis adalah melalui meditasi individual. Sedangkan menurut Ferrer yang posmodernis adalah melalui kegiatan keagamaan yang kolektif dengan dialog terbuka pluralistik.
Wilber sendiri pemikiranya telah berkembang. Dia pun tak mau lagi menggunakan istilah transpersonal. Dia sekarang mengembangkan psikologi integral yang katanya pos-posmo. Sebagai pos-posmodernis dia mensintesakan psikologi tradisional yang pramodern dengan psikologi modern yang ilmiah dan dengan interpretasi pluralis posmodern dalam suatu model yang disebutnya AQAL singkatan dari All-Quadrant All-Level. Konsep kembali ke Brahman dalam teori spektrum kesadarannya telah ditinggalkannya.
Lingkaran Siklus kehidupannya telah dibukanya menjadi suatu jalur spiral dalam kwadran subyektivitas. Kuadran ini adalah kuadran kiri atas. Kuadran kiri bawah adalah intersubyektivitas kultural yang digandrungi kaum posmodernis. Kuadran kanan atas adalah obyektivitas fisikal yang yang dianggap sebagai satu-satunya realitas oleh saintis modernis. Akhirnya, kuadran kanan bawah adalah interobyektivitas yang meliputi sistem obyek-obyek yang berinteraksi yang dipelajari sains posmodern tentang Chaos dan kompleksitas.
Tahap-tahap dalam teori spektrum kesadarannya kini menjadi lingkaran-lingkaran konsentris yang disebutnya sebagai holon-holon. Holon-holon itu membentuk sebuah hirarki holon atau holarki yang dilukiskan sebagai lingkaran-lingkaran konsentris. Holarki itulah struktur kosmos, yang berbeda dari Tao yang hanya memiliki dua komponen, memiliki empat muka yang direpresentasikan oleh empat kuadran yang dibentuk oleh silang sumbu yang saling tegak lurus satu sama lainnya: Sumbu individu-sosial yang vertikal dan sumbu interior-eksterior yang horisontal.
VIII. PERBANDINGAN TRANSPERSONAL DENGAN YAN LAIN

Psikologi secara sederhana sekali bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Sekali lagi, perilaku manusia. Ada resiko yang tidak kecil dalam definisi ini. Apakah perilaku itu? Untuk menjawabnya, kita tidak bisa memberi jawaban tunggal. Definisi perilaku sangat tergantung pada kacamata atau sudut pandang yang kita gunakan.
Kita bisa mengerucutkan berbagai definisi perilaku pada aliran-aliran psikologi yang berkembang sejak Wilhelm Wundt mendirikan Laboratorium psikologi pertama di Universitas Leipzig pada bulan Desember 1879. Tabel berikut akan memberi gambaran tentang orientasi pemikiran dalam aliran-aliran psikologi. Orientasi pemikiran dalam aliran-aliran psikologi
A. Strukturalisme orientasinya Struktur kesadaran
B. Fungsionalisme orientasinya Fungsi/cara bekerja kesadaran
C. Behaviorisme orientasinya Pola stimulus-repons
D. Psikoanalisis orientasinya Dunia ketidaksadaran
E. Psikologi Gestalt orientasinya Persepsi menyeluruh terhadap objek
F.Psikologi humanistic orientasinya Kesadaran dalam totalitasnya
G.Psikologi kognitif orientasinya Korelasi kesadaran dan fungsi kognitif
H.Psikologi transpersonal orientasinya Struktur dan pergerakan jiwa dari kesadaran sampai pada diri terdalam
Nah setelah kita mengerti bagaimana aliran-aliran itu berbicara tentang perilaku, bisa kita menggarisi sedikit perbedaan yang ada pada mereka, sehingga dapat kita perhatikan bagaimana ketidakpuasan para tokoh pendiri aliran transpersonal pada aliran psikologi yang ada, dan yang notabenenya tidak mampu menjelaskan tentang hal baru yang mereka temukan belum lama ini.
Pendirian psikologi transpersonal seringkali dilekatkan dengan nama Anthony Sutich dan Abraham Maslow yang juga menjadi pendiri Mazhab Ketiga dalam psikologi yang disebut Psikologi Humanistik. Memang mereka berdualah yang berjasa dalam pendirian aliran baru ini. Upaya yang timbul dari ketidakpuasan pada teori yang tidak mampu menjelaskan hal-hal baru yang mereka temukan. Sebut saja ketika Maslow mulai meneliti aspek-aspek kehidupan religius, dan saat itu pemikiran ilmiah Amerika sedang didominasi oleh behaviorisme yang kurang simpati dengan eksplorasi dimensi batiniah. Menghadapi situasi ini, Maslow tidak terburu-buru memperkenalkan pengalaman mistis. Langkah pertama yang ditempuhnya adalah memperkenalkan istilah pengalaman-pengalaman puncak (Ing: peak experiences).
http://wilber.shambhala.com/html/books/psych_model/, download tahun 2003
http://www.ship.edu/~cgboeree , download tahun 12 http://bahrilhidayat.blogspot.com/2008/04/tinjauan-kritis-filsafat-ilmu-terhadap_7856.htm  http://konsper.blogspot.com/2009/12/teori-psikologi-transpersonal-by.html http://anwarnasrul19.blogspot.com/2009/01/psikologi-transpersonal-genre-baru.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar